kangen

kataku 'selamat'
katamu 'selamat'
atas kebodohan dan kesepian kita
katamu 'tinggal kesedihanku'
kataku 'biar aku tau'
pada sakit yang sama-sama kita rasakan
katamu 'aku kangen'
kataku..............
'hahahaha...'
sekapku lalu kututup mulutku

(aku pun sangat merinduimu)

Mantera..

aku lindungi kamu dengan tubuh dan hatiku... aku lindungi kamu dengan tubuh dan hatiku... aku lindungi kamu dengan tubuh dan hatiku... aku lindungi kamu dengan tubuh dan hatiku.. aku lindungi kamu dengan tubuh dan hatiku..

tapi kenapa kita berdua tetap saja mati..

satu hati..

- hati-hati -

ini..

terlukai..

lagi..


lihat saja nanti..

Salahkan aku

Baca Puisimu yang Tak Pernah Kau Tujukan Padaku
........
Aku Tak Pernah Bisa Meminta
Karena Kau Bahkan Tidak Bisa
Menemukan Kata-Kata indah Untuk Melukiskan Apapun Tentang Aku

Biarkan saja

Lelah
Sudah..

Lelah..

Kian lelah
Tanpa arti

Biarkanlah aku dulu terdiam
Biarkanlah aku dulu mati

Karena lelahku
Agar lelahku
Tetap menjadi lelah

Lelah..
Kian lelah
Tanpa arti

ASU

kupandangi kau tanpa kedip dari dulunya dulu
sibuk menghitung air mata-mata dan apapun yang kau sebut 'duka'
menunduk tunduk meruntuti ceceran yang kau katakan juga darah
terluka
dan
lagi-lagi-lagi-lagi air mata-mata air-air mata air mata-mata air-air mengalir dari ujung-ujung matamu berair -lagi-lagi-lagi-lagi yang kau sebut dengan seribu kesedihanmu menjadi paling bersedih hingga bermata air ...
ooooooooooooooooooooooooooooooo......
Ibuku renta
yang duduk di pinggiran trotoar jalan
berambut gelung putih
menghitung receh-receh
"cung.. nggo sesok tuku dele' gawe tempe"
remahnya berjatuhan miris-miris
"cung.. seh urung iso tuku mbako mbah'e"
aggghhhhhhhhhhh...... masih saja tanpa tangis!!!!!!!!!!!!

"cung.. engko iki balik bengi meneh ya"

Syair Bunga (untuk kamu, sayang)

Matahariku menangis
Meninggalkan bungaku yang sendirian
Hanya karena cemburu pada awan yang membiarkan tetesan gerimisnya
jatuh perlahan

matahariku pergi
menerbangkan kupu-kupu tanpa warna
hingga pelangi hanya berarti lusuh tergeletak pada dataran Lumpur
dan akasia pun tak mampu menggugurkan barang sehelai daunnya untukku

………………….

Aku tertawa pias
Lalu mati
Bila matahariku tidak kembali
(padahal aku mengerti, ia tidak akan pernah ingin kembali)